*i'm calling..*
"halo yang.. bla bla bla.."
*berantem*
"sayang, pulsa kamu yang"
"iya, kalo kamu mau tutup telponnya, tutup aja.. aku ga papa kok"
"halo.. yang.. yang.. yang.. assalamualaikum".
*calling end*
Aku menelponmu..
Rasanya seperti obat.
Rasanya ingin sekali bertemu dan melakukan aktivitas seperti waktu itu.
Namun, aku teringat oleh jarak.
Di tengah perbincangan kita, aku meminta izinmu merestui rencana ku dengan teman-teman.
Namun, yang ku dapat hanya izinmu untuk tetap tinggal.
Aku tau. Sebenernya aku sudah tau jawabanmu.
Terimakasih kamu sudah menjagaku disana.
Jarak bukanlah alasan untuk berhenti menjaga aku. Aku tau.
Keadaan berubah menjadi seperti Indonesia saat masih dijajah.
Ini bagian yang tidak aku suka.
Seperti ada yang menusuk hatiku.
Aku menyadari sesuatu.
Maaf.
Aku Egois.
Aku selalu bercerita dan tidak mendengarmu bercerita.
Aku terlalu bersemangat bercengkrama denganmu.
Hampir satu tahun ini, aku selalu begitu.
Aku minta maaf.
"kenapa kamu ga mau nutup telp?"
Aku diam.
Tidak berani bicara.
Karena aku merindukanmu. Sangat.
Di akhir perbincangan aku hanya bilang, "yaudah kalo kamu mau tutup telponnya.. aku ga papa.."
Aku mengepalkan tanganku dengan kencang.
Menahan suara tangisanku.
Mungkin kamu tau aku sedang menangis.
Tapi aku tidak ingin kamu mendengarku menangis.
Itu sebabnya aku diam.
Bukannya aku tidak ingin bicara.
Bukannya aku tidak ingin mengeluarkan suara.
Tuhan, aku menyesal.
Aku menyesal menerimanya.
Aku menyesal bertemu dengannya.
Aku menyesal mengawali status "kita".
Aku tidak membiarkannya tertawa.
Aku tidak membiarkannya lepas.
Aku tidak membiarkannya bebas.
Aku tidak membiarkannya bercerita.
Aku memberinya luka.
Tuhan, kenapa aku?
Kenapa aku yang Engkau pertemukan dengannya?
Sekarang Tuhan lihatkan apa yang terjadi dengan "kita"?
Aku selalu menyalahkan.
Tapi aku salah.
Kenapa Engkau membiarkan perasaan ini jadi jauh lebih mendalam?
Aku menyayanginya dengan cara yang salah.
Jika benar begitu, maka hapuslah lukanya dengan seseorang pilihanMu.
Aku tidak apa-apa.
Engkau harus menjaganya untukku, Tuhan.
with love,
SD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar